Arsip Tag: Pringgasela

Merasakan Ketenangan Mata Air Mencerit

Masih berada pada kawasan Kecamatan Pringgasela,  tepatnya di Desa Pengadangan. Tempat wisata berupa pemandian dan mata air yang dimaksud disini adalah mata air yang ada di Gawah Mencerit. Karena letaknya disana sehingga masyarakat sekitar mengenal mata air tersebut dengan nama Mata Air Mencerit. Mata air ini semakin hari semakin menarik perhatian banyak wisatawan, terutama wisatawan lokal.

Mencerit adalah ungkapan dalam bahasa Sasak yang berarti muncrat atau mengalir dengan deras. Mata air tersebut terus mengalir sepanjang tahun alias tidak pernah kering. Daya tarik dari mata air ini antara lain adalah lokasinya yang masih terjaga keasrian dan kealamiahannya, sehingga menjadi tempat pemadian yang banyak dikunjungi wisatawan yang sedang berlibur atau sekedar menyegarkan mata, hati dan pikiran dari rutinitas sehari-hari.

Mata Air Mencerit memiliki cuaca sangat sejuk, airnya masih alami baik rasa, warna dan bau yang sama sekali bebas dari kontaminasi zat-zat berbahaya, bahkan kesejukannya mengalahkan air kemasan, kata salah seorang warga berpromosi. Mencerit merupakan mata air (otak aiq) yang dimanfaatkan pula oleh PDAM Lombok Timur untuk melayani penyediaan air bersih beberapa desa. Dikarenakan airnya tidak pernah kering sepanjang tahun, maka kebutuhan air bersih di wilayah sekitar mata air terpenuhi cukup memadai. Kebersihan air dari sumber ini sangat terjamin, karena nyaris tanpa sentuhan tangan manusia. Uniknya pada lokasi tersebut terdapat sebuah air mancur yang “mencerit” dari sebuah batu yang kalau dilihat sepintas secara kasat mata, tidak ada air di sekitarnya. Keunikan inilah yang kemudian oleh masyarakat menyebut mata air itu sebagai Aiq Mencerit.

06 MenceritSelain sebagai tempat pemandian, daya tarik Mencerit sebagai tempat perlindungan satwa seperti kera, musang, ular dan lain-lain. Hutan lindung yang ada di sini dijaga dengan ketat, sehingga tidak terjadi penebangan pohon secara liar, ditambah juga dengan kepedulian masyarakat Dusun Mencerit yang cukup tinggi untuk bersama-sama melindungi mata air bersih.

Sebagian besar masyarakat Mencerit memanfaatkan mata air ini sebagai tempat mandi, mencuci dan mengambil air minum langsung dari sumbernya. Sehingga kebiasaan masyarakat disana tanpa memasak air minum langsung bisa dikonsumsi. Karena ketergantungan itulah sehingga masyarakat sangat merasa bertanggung jawab atas keasrian dan kelestarian lokasi wisata tersebut.

Ketika nanatinya pemerintah dan pengelola lokal lebih menata lagi obyek wisata ini, dipastikan dapat memberikan keuntungan berbagai pihak, misalnya pendapatan untuk pemerintah dan lapangan kerja bagi penduduk sekitar. Penyediaan lahan parkir, menjual makanan dan minuman ringan serta souvenir akan mendatangkan penhasilan bagi keluarga pelaku wisata. Selain itu, pembinaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan mata air harus terus dilakukan, sehingga taman wisata ini akan semakin bermanfaat dan dapat dinikmati oleh anak cucu di kemudian hari.

Menikmati Kesejukan Pemandian Timba Nuh

Masih dalam satu kawasan dengan Pemandian Putri Duyung, tidak jauh darinya terdapat obyek wisata yang tidak kalah menawan. Objek wisata yang satu ini menarik untuk dikunjungi, karena tempat ini menjanjikan pemandangan yang mempesona dengan hamparan panorama alam yang sangat menyejukkan mata dan hati. Taman wisata yang dimaksud disini adalah salah satu dari taman wisata yang ada di Desa Timba Nuh, yaitu pemekaran dari Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Lombok Timur. Tempat wisata yang satu ini dikenal dengan nama Timba Nuh, mungkin karena tempat wisata ini terletak di Desa Timba Nuh, tapi kebanyakan warga setempat lebih mengenalnya dengan nama Pesanggrahan.

Timba Nuh2Pesanggrahan sendiri berasal dari bahasa Sasak yang berarti tempat peristirahatan. Memang tidak salah nama itu diberikan, mengingat lokasi Wisata Pesanggrahan sangat strategis sebagai tujuan wisata keluarga, terutama untuk menikmati sejuknya panorama alam. Pesanggrahan ramai dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara terutama untuk sekedar menghabiskan liburan akhir pekan. Sehingga biasanya tempat wisata ini juga cukup ramai dikunjungi pada masa musim libur panjang atau ketika mendekati dan setelah berakhirnya bulan ramadhan.

Salah satu daya tarik Taman Wisata Pesanggrahan adalah terdapat banyak kolam renang dengan berbagai ukuran dan kedalaman. Semuanya disesuaikan dengan usia pengunjung. Ada kolam khusus untuk anak-anak dan ada yang khusus untuk pengunjung dewasa. Air di semua kolam ini terasa sejuk dan dingin karena dialirkan langsung dari lereng Gunung Rinjani yang tidak jauh dari tempat itu. Dengan demikian, pengunjung bisa merasakan suasana lereng pegunungan di tempat ini. Keindahan alam yang tersaji masih nampak alami, sehingga secara langsung pengunjung dapat merasakan cuaca pegunungan yang begitu kentara.

Kolam-kolam air dingin itu dihiasi dengan taman-taman bunga di sekelilingnya. Keindahan warna-warni bunga yang ditata dengan baik  menambah daya tarik Pesanggrahan. Keindahan yang bukan hanya membuat lebih semarak, tetapi juga perpaduan sempurna tercipta dengan kesejukan lereng pegunungan, sehingga membuat pengunjung rela berlama-lama menikmati suasana alam disana.

Timba Nuh1Untuk lebih dapat menikmati situasi santai, pihak pengelola Taman Wisata Pesanggrahan telah menyediakan tempat-tempat duduk yang sesuai dengan keperluan pengunjung, termasuk berugaq-berugaq yang tetap terjaga kebersihannya. Bagi anak-anak yang ingin bersuka ria juga disediakan ayunan dan tempat bermain. Bahkan bagi pengunjung yang bermaksud akan menginap di sini, pengelola menyediakan tempat penginapan dengan harga terjangkau, terutama bagi wisatawan yang datang datang dari luar daerah dan wisatawan mancanegara.

Kolam Putri Duyung, Air Mata Mata Air

Salah satu objek wisata yang cukup dikenal masyarakat Kabupaten Lombok Timur dan sekitarnya adalah Kolam Renang Putri Duyung. Destinasi wisata leha-leha dan pemandian ini terletak di Desa Pringgasela Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur, sekitar 15 kilometer dari ibukota kabupaten Lombok Timur, Selong. Rute perjalanan yang ditempuh dari Mataram adalah di Bertais (Terminal Mandalika) mengikuti jalan lurus tujuan Labuhan Lombok. Selanjutnya dari Kopang – Mantang – Masbagik – Rempung. Pada perempatan lampu merah Desa Rempung, belok kiri atau menuju utara dan lurus sampai perempatan Desa Pringgasela yang ada tugu (Tugu Mopra namanya). Perjalanan diteruskan sekitar 1 kilometer lagi ke sebelah utara sampailah di obyek wisata.

Menuju ke Kolam Putri Duyung cukup menyenangkan, karena jalan yang dilalui sudah mulus alias berhotmix, dan melewati pemukiman penduduk. Secara sepintas dapat disaksikan kondisi masyarakat setempat, terutama dari bangunan rumah dengan ciri khas daerah setempat. Pada beberapa titik terdapat cotage dan galeri yang menjual kain tradisional Pringgasela berupa batik dengan berbagai corak. Pringgasela memang dikenal sebagai desa penghasil kerjainan batik tradisional yang sudah merambah pasaran internasional.

IM000591.JPG

Asal muasal kenapa pemandian ini dinamakan dan dikenal orang sebagai Kolam Putri Duyung, sesungguhnya belum ada pembicaraan yang menyangkut legendanya. Hanya saja disana terdapat patung putri duyung dalam ukuran besar. Mungkin karena itulah sehingga kebanyakan orang menyebutnya demikian. Dan tentunya patung tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan mancanegara untuk mengunjungi tempat ini. Biasanya pada musim liburan atau hari Minggu, banyak pengunjung yang menyempatkan diri menikmati sejuk dan dinginnya air di pemandian yang mata airnya berasal dari kaki Gunung Rinjani.

Di tempat itu terdapat tiga kolam yang masing-masing diperuntukkan sesuai dengan usia pengunjung. Satu kolam dikhususkan untuk anak-anak dibawah usia 7 tahun yang kedalaman dan bentuknya didesain khusus agar menarik untuk anak-anak. Bentuknya bercabang seperti daun dilengkapi dengan tangga dan pegangan yang mudah dijangkau oleh anak-anak. Selanjutnya kolam yang kedua juga khusus untuk anak-anak, tetapi dengan usia yang lebih tinggi, yaitu diatas 7 tahun. Kolam ini pun didesain sedemikian rupa sehingga menarik bagi anak-anak seusia itu. Sedangkan kolam yang ketiga disediakan khusus untuk pengunjung dewasa. Kedalaman kolam ini berkisar antara 3 sampai 3,5 meter, sehingga sangat cocok dan nyaman untuk berenang bagi orang dewasa. Untuk keperluan renang di tempat ini tersedia penjual dan penyewaan pelampung dan pakaian renang.
Bukan hanya itu, pada kolam khusus orang dewasa tersebut terdapat sarana untuk latihan olahraga loncat indah. Sarana ini cukup menarik dan menjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan. Sarana loncat indah tersebut setinggi 3 meter sehingga tidak sembarang orang yang memanfaatkannya. Bagi yang tidak terbiasa, mungkin ketinggian itu cukup menakutkan, lain halnya bagi yang sudah terbiasa akan terasa sangat nyman melakukan loncat indah di tempat ini. Kalau pun ada yang mencoba melakukan loncat indah untuk sekedar menguji nyali, itu tidak banyak sehingga pengungjung tidak perlu mengantri terlalu lama untuk mencoba sarana ini.

Untuk dapat menikmati semua suasana dan fasilitas yang disediakan di Kolam Putri Duyung, pengunjung cukup membayar tiket masuk yang sangat murah. Untuk dewasa dipatok harga tiket Rp 3.000 sampai Rp 5.000,- sedangkan untuk anak-anak cukup dengan Rp 2.000. Oh ya, di lokasi ini juga tersedia tempat parkir kendaraan yang dikelola dengan baik, untuk biaya parkir mobil sebesar Rp 2.000,- sedangkan sepeda motor Rp 1.000.-

Bagi pengunjung yang bermaksud hanya untuk kongkow-kongkow bersama keluarga. Disini telah tersedia berugaq-berugaq yang teduh dan bersih. Sangat nyaman untuk tempat bercanda ria sambil menghirup udara pegunungan yang segar. Tersedia juga kantin dan cafe yang menyediakan aneka makanan dan minuman ringan dengan harga yang standar.

Singkat kata, Pemandian Putri Duyung dapat dijadikan sebagai tujuan wisata alam dengan panorama indah yang disajikan dari lokasi yang dekat dengan Gunung Rinjani. Suasana yang teduh dan dingin akan menyejukkan badan dan menghilangkan rasa penat dan tegang selama beraktifitas di tempat kerja. Sebuah pemandangan yang indah dihiasi air jernih yang dijamin masih bersih atau terbebas dari polusi.

Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lombok Timur

Pada masa penjajahan Belanda Pulau Lombok dan Bali dijadikan satu wilayah kekuasaan pemerintahan dengan status Karesidenan dengan ibukota Singaraja berdasarkan Staabtlad Nomor 123 Tahun 1882. Kemudian berdasarkan Staatblad Nomor 181 tahun 1895 tanggal 31 Agustus 1895 Pulau Lombok ditetapkan sebagai daerah yang diperintah langsung oleh Hindia Belanda. Staatblad ini kemudian disempurnakan dengan Staatblad Nomor 185 Tahun 1895 dimana Lombok diberikan status “Afdeeling” dengan ibukota Ampenan. Dalam afdeeling ini Lombok dibagi menjadi dua Onder Afdeeling yaitu Onder Afdeeling Lombok Timur dengan ibukota Sisi’ (Labuhan Haji) dan Onder Afdeeling Lombok Barat dengan ibukota Mataram, masing-masing Onder Afdeeling diperintah oleh seorang Contreleur (Kontrolir).

Untuk Lombok Timur dibagi menjadi 7 wilayah kedistrikan yaitu Pringgabaya, Masbagik, Rarang, Kopang, Sakra, Praya dan Batukliang. Akibat pecahnya perang Gandor melawan Belanda tahun 1897 dibawah pimpinan Raden Wirasasih dan Mamiq Mustiasih maka pada tanggal 11 Maret 1898 ibukota Lombok Timur dipindahkan dari Sisi’ ke Selong. Selanjutnya dengan Staatblad Nomor 248 tahun 1898 diadakan perubahan kembali terhadap Afdeeling Lombok yang semula 2 menjadi 3 Onder Afdeeling yaitu Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur. Untuk Onder Afdeeling Lombok Timur terdiri dari 4 kedistrikan yaitu Rarang, Masbagik, Sakra dan Pringgabaya. Dalam perkembangan berikutnya dibagi lagi menjadi 5 distrik yaitu:

Rarang Barat dengan ibukota Sikur dipimpin oleh H. Kamaluddin

Rarang Timur dengan ibukota Selong dipimpin oleh Lalu Mesir

Masbagik dengan ibukota Masbagik dipimpin oleh H. Mustafa

Sakra dengan ibukota Sakra dipimpin oleh Mamiq Mustiarep

Pringgabaya dengan ibukota Pringgabaya dipimpin oleh L. Moersaid

Seiring dengan terbentuknya daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Barat dengan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1958 maka dibentuk pula 6 (enam) Daerah Tingkat II dalam lingkungan Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat berdasarkan Undang-Undang Nomor 59 Tahun 1958. Secara yuridis formal maka daerah Swatantra Tingkat II Lombok Timur terbentuk pada tanggal 14 Agustus 1958 yaitu sejak di undangkannya Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 dan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958.

Pembentukan daerah Swatantra Tingkat II lombok Timur secara nyata dimulai dengan diangkatnya seorang Pejabat Sementara Kepala Daerah dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor UP.7/14/34/1958 tanggal 29 Oktober 1958 dan sebagai Pejabat Sementara Kepala Daerah ditetapkan Idris H.M. Djafar terhitung 1 Nopember 1958.

Setelah terbentuknya Daerah Swatantra Tingkat II Lombok Timur maka selambat-lambatnya dalam waktu 2 tahun PJS Kepala Daerah harus sudah membentuk Badan Legislatif (DPRD) yang akan memilih Kepala Daerah yang definitif. Dengan terbentuknya DPRD maka pada tanggal 29 Juli 1959 DPRD Lombok Timur berhasil memilih Anggota Dewan Pemerintah Daerah Peralihan yaitu Mamiq Djamilah, H.M. Yusi Muchsin Aminullah, Yakim, Abdul Hakim dan Ratmawa.

Dalam perkembangan berikutnya DPRD Daswati II Lombok Timur dengan keputusan Nomor 1/5/II/104/1960 tanggal 9 April 1960 mencalonkan dan mengusulkan L. Muslihin sebagai Kepala Daerah yang kemudian mendapat persetujuan pemerintah pusat dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor UP.7/12/41-1602 tanggal 2 Juli 1960. Dengan demikian L. Muslihin Bupati Kepala Daerah Lombok Timur yang pertama sebagai hasil pemilihan oleh DPRD Tingkat II Lombok Timur. Jabatan tersebut berakhir sampai 24 Nopember 1966.

Sejalan dengan pemerintahan di daerah maka berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I NTB tanggal 16 Mei 1965 Nomor 228/Pem.20/1/12 diadakan pemekaran dari 5 distrik menjadi 18 distrik (Kecamatan) yang membawahi 73 desa, yaitu Kecamatan Selong, Dasan Lekong, Tanjung, Suralaga, Rumbuk, Sakra, Keruak, Apitaik, Montong Betok, Sikur, Lendang Nangka, Kotaraja, Masbagik, Aikmel, Wanasaba, Pringgabaya, Sambelia dan Terara.

Dengan Surat Keputusan Mendagri Nomor UP.14/8/37-1702 tanggal 24 Nopember 1966 masa jabatan L. Muslihin berakhir dan diganti oleh Rahadi Tjipto Wardoyo sebagai pejabat Bupati sampai dengan 15 Agustus 1967. Selanjutnya dengan SK Mendagri Nomor UP.9/2/15-1138 tanggal 15 Agustus 1967 diangkatlah R.Roesdi menjadi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lombok Timur yang definitif. Pada masa pemerintahan R. Roesdi dibentuk alat-alat kelengkapan Pemerintah Daerah yaitu Badan Pemerintah Harian dengan anggota H.L.Moh. Imran, BA, Mustafa, Hasan, L. Fihir dan Moh. Amin.

Pada periode ini atas pertimbangan efisiensi dan rentang kendali pengawasan serta terbatasnya sarana dan prasarana maupun personil diadakanlah penyederhanaan kecamatan dari 18 menjadi 10 kecamatan yaitu Kecamatan Selong, Sukamulia, Sakra, Keruak, Terara, Sikur, Masbagik, Aikmel, Pringgabaya dan Sambelia.

Berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri Nomor Pemda/7/18/15-470 tanggal 10 Nopember 1973 masa jabatan R. Roesdi selaku Bupati KDH Tingkat II Lombok Timur diperpanjang. Kemudian dengan berlakunya UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah, kedudukan Bupati dipertegas sebagai penguasa tunggal di daerah sekaligus sebagai administrator pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pada periode ini dibentuk Sekretariat Wilayah/Daerah sebagai pelaksana UU Nomor 5 tahun 1974. Pemerintah kecamatan pada masa ini masih tetap 10 kecamatan sedangkan desa berjumlah 96 dengan rincian desa swakarsa 91, swadaya 2 dan swasembada 3 desa. Jumlah dinas 6 buah yaitu Dinas Pertanian Rakyat, Perikanan, Perkebunan, Kesehatan, PU dan Dispenda sedangkan instansi vertikal 19 buah.

Perkembangan selanjutnya yaitu pada periode 1979-1988 Bupati KDH Tingkat II Lombok Timur dijabat oleh Saparwadi yang ditetapkan melalui SK Menteri Dalam Negeri Nomor Pem.7/4/31 tanggal 7 Februari 1979, jabatan ini dipangku selama 2 periode namun berakhir sebelum waktunya karena meninggal dunia 13 Maret 1987. Pada periode ini terjadi pergantian Sekwilda dari Moh. Amin kepada Drs. L. Djafar Suryadi. Oleh karena meninggalnya Saparwadi maka oleh Gubernur NTB Gatot Suherman menunjuk Sekwilda H. L. Djafar Suryadi sebagai Pelaksana Tugas Bupati Lombok Timur dengan SK Nomor 314 tahun 1987 tanggal 21 Desember 1987.

Kemudian dengan keputusan DPRD Nomor 033/SK.DPRD/6/1988, DPRD berhasil memilih calon Bupati Kepala Daerah yaitu Abdul Kadir dengan 36 suara, H.L.Ratmawa 5 suara dan Drs. H. Abdul Hakim 4 suara, dengan demikian maka Abdul Kadir berhak menduduki jabatan sebagai Bupati Lombok Timur sesuai SK Mendagri Nomor 131.62-556 tanggal 13 Juli 1988, jabatan ini berakhir sampai tahun 1993. Pada tahun 1989 terjadi pergantian Sekwilda dari Drs. Djafar Suryadi kepada Drs. H. L. Fikri yang dilantik 23 Nopember 1989.

Periode berikutnya tahun 1993-1998 Bupati Lombok Timur dijabat Moch. Sadir yang ditetapkan dengan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 131.61-608 tanggal 3 Juli 1993 dan dilantik 28 Juli 1993. Pada masa kepemimpinannya dibangun Wisma Haji Selong, Taman Kota Selong, Pintu Gerbang Selamat Datang serta Kolam Renang Tirta Karya Rinjani. Pada periode ini H.L. Fikri selaku Sekwilda ditarik ke Propinsi untuk sementara menunggu Sekwilda yang definitif ditunjuklah Moch. Aminuddin,BA Ketua BAPPEDA saat itu sebagai Pelaksana Tugas Sekwilda sampai dengan dilantiknya H. Syahdan, SH.,SIP. sebagai Sekwilda definif berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 862.212.2-576 tanggal 8 Februari 1996.

Ditengah situasi negara yang sedang dilanda berbagai krisis dan berhembusnya era reformasi yang ditandai berhentinya Soeharto sebagai Presiden RI pada bulan Mei 1998, bulan Agustus 1998 DPRD Dati II Lotim berdasarkan hasil Pemilu 1997 megadakan pemilihan Bupati Lombok Timur masa bakti 1999-2003. Tiga calon Bupati saat itu adalah H. Moch. Ali Bin Dachlan, SH, Achman Muzahar, SH dan H. Syahdan, SH.,SIP. Dalam pemilihan itu H. Syahdan, SH.,SIP. terpilih sebagai Bupati dengan memperoleh suara 23, H. Moch. Ali Bin Dachlan, SH, meperoleh 21 suara sedangkan Achman Muzahar, SH tidak mendapat suara.

Pada kepemimpinan H. Syahdan, SH jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) dijabat oleh H. L. Kamaluddin, SH yang dilantik berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 862.212.2-2145 tanggal 26 Mei 1999. Sebagai dampak bergulirnya era reformasi pada tahun 1999 dilaksanakan pemilihan umum diseluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Lombok Timur yang diikuti banyak partai politik. Dari hasil Pemilu 1999 di Lombok Timur berhasil membentuk DPRD periode 1999-2004. Pada periode ini berlangsung suksesi kepemimpinan Bupati Lombok Timur. DPRD berhasil menetapkan 5 pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah. Pada pemilihan yang berlangsung sangat demokratis ini berhasil terpilih H. Moh. Ali Bin Dachlan sebagai Bupati Lombok Timur dan H. Rachmat Suhardi, SH sebagai Wakil Bupati Lombok Timur untuk masa bakti 2003-2008. Pasangan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah ini dilantik oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 131.62-462 Tahun 2003 dan Nomor: 132.62-463 Tahun 2003 tertanggal 27 Agustus 2003.

Tahun 2004 berlangsung pemilihan umum anggota DPR/DPD, DPRD I, DPRD II, termasuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Untuk Kabupaten Lombok Timur berhasil terbentuk DPRD Periode 2004-2009 dan dilantik pada tanggal 5 Agustus 2004, sedangkan Pimpinan DPRD dilantik pada tanggal 18 Mei 2005 dengan Ketua H. M. Syamsul Luthfi, SE, Wakil Ketua TGH. Nasruddin dan H. Syamsuddin Gahtan. Pada tahun 2006 berlangsung pergantian jabatan Sekretaris Daerah dari H. L. Kamaluddin, SH kepada penggantinya L. Nirwan, SH.

Pada tanggal 7 Juli 2008 Lombok Timur melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang menetapkan 3 (tiga) pasangan Calon Kepala Daerah. Berdasarkan hasil rapat rekapitulasi perhitungan suara oleh KPUD Lotim, pasangan H.M. Sukiman Azmy dan H.M. Syamsul Luthfi (SUFI) meraih suara terbanyak yakni 49,90 persen suara. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 131.52 – 650 Tahun 2008 pasangan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah ini dilantik oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Lombok Timur masa bhakti 2008-2013.

Saat ini Lombok Timur terdiri dari 20 Kecamatan, yaitu :

Kecamatan Sukamulia dipimpin oleh Sabrun, S.Sos

Kecamatan Sakra dipimpin oleh Lalu Zulkarnain, BA

Kecamatan Sakra Barat dipimpin oleh H. MUSANNIP, S.Ag.

Kecamatan Sakra Timur dipimpin oleh M. KHAIRI, S.Ip, M.Si.

Kecamatan Keruak dipimpin oleh H. KHAIRUL ANAM, S.Pd.

Kecamatan Terara dipimpin oleh Drs. SALMUN RAHMAN

Kecamatan Aikmel dipimpin oleh IRPAN, S.Sos

Kecamatan Pringgabaya dipimpin oleh IRPAN WIDIATMA, S.Sos

Kecamatan Sambelia dipimpin oleh Drs. M. TAKDIR

Kecamatan Masbagik dipimpin oleh ABDUL MAAS, S.Sos

Kecamatan Labuhan Haji dipimpin oleh Lalu Dami Ahyani, S.Ip.

Kecamatan Sembalun dipimpin oleh Drs. ISWAN RACHMADI, MM

Kecamatan Wanasaba dipimpin oleh USMAN, S.Sos.

Kecamatan Montong Gading dipimpin oleh Lalu Yasin, S.Ip.

Kecamatan Suralaga dipimpin oleh AHYAN, SH, MH

Kecamatan Pringgasela dipimpin oleh SELAMET ALIMIN

Kecamatan Suela dipimpin oleh MOHAMAD SYUKRI, BA

Kecamatan Jerowaru dipimpin oleh JUAINI TAUFIK, M.Ap.

Kecamatan Selong dipimpin oleh Hj. RASMIAH

Kecamatan Sikur dipimpin oleh L. TAUFIKURRAHMAN, S.Sos

(Sumber: www.lomboktimurkab.go.id)